Rabu, 23 Januari 2019

Biodata dan Biografi Gus Mus

BIODATA GUSMUS
Lahir : Rembang, 10 Agustus 1944
Agama : Islam
Jabatan: Pimpinan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
Istri: Siti Fatimah
Anak:
1. Ienas Tsuroiya
2. Kautsar Uzmut
3. Randloh Quds
4. Rabitul Bisriyah
5. Nada
6. Almas
7. Muhammad Bisri Mustofa
Ayah : KH. Bisri Mustofa
Ibu : Marafah Cholil
Pendidikan Gus Mus :
– Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri
– Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta
– Raudlatuh Tholibin, Rembang
– Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

BIOGRAFI GUSMUS
 Kharismatik Ulama Nusantara memang sudah tak di ragukan lagi, mulai dari keilmuannya yang beragam, ta'dzimnya pada masing-masing gurunya, serta kerendahan hatiannya yang luar biasa. Salah satu Ulama tersebut adalah KH. Achmad Mustofa Bisri yang sangat pantas sebagai panutan umat di Negeri Indonesia ini.
 Beliau adalah ulama sepuh dan kharismatik, tausiahnya selalu menyejukkan dan selalu mengedepankan kerukunan antar umat. Gaya bicaranya juga kalem, sopan dan penuh dengan tata krama. Beliau adalah KH. Mustofa Bisri atau sering disapa Gus Mus. Profil dan bidata Gus Mus adalah salah satu tokoh NU yang sanagt dihormati oleh banyak kalangan.
KH. Bisri Mustofa penulis Tafsir al-ibris yang masyhur, di zamannya termasuk ulama ‘nyeleneh’ karena bekerja sebagai penulis. Beliau dikenal kemampuannya menerjemahkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab menjadi bacaan indah sekaligus mudah difahami.
 Produktivitas menulis keluarga ulama ini, khususnya produktivitas kepenulisan KH. Bisri Mustofa dan KH. Misbach Mustofa (keduanya putra H. Zaenal Mustofa) baik dalam bahasa Indonesia, Jawa mmaupun bahasa Arab mendorong inovasi diadakannya pelatihan menulis dalam bahasa Indonesia dan menerjemahkan kitab dalam bahasa Indonesia bagi para santri Taman Pelajar Islam (1983) yang diprakarsai adik Gus Mus KH M. Adib Bisri. Ketika itu kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia rata-rata santri sangatlah minim
 Gus Mus sendiri bersama kakaknya KH M. Cholil Bisri, sejak muda mempunyai kebiasaan menulis sajak dan saling berlomba untuk dipublikasikan. Gus Mus yang suka membaca sejak masa kanak kanak, tulisannya sejak remaja sudah banyak dimuat berbagai mdia masa termasuk Kompas (Kompas Minggu 9 Januari 1997:2). (Untuk menghindarkan diridari ‘bayang-bayang’ nama besar ayahnya, Gus Mus pernah menggunakan nama M. Ustov Abi Sri sebagai pseudonimnya). Pentas baca puisinya yang pertama (1980-an) telah menuai banyak pujian dan Gus Mus segera dikukuhkan kehadirannya sebagai “bintang baru’ dalam dunia kepenyairan Indonesia. Ia menjadi satu-satunya penyair Indonesia yang menguasai sastra Arab (bukan sekedar terjemahannya). Kini sajak-sajak Gus Mus terpampang hingga ruangan kampus Universitas Hamburg (Jerman). Tulisannya tersebar luas diantaranya bisa kita baca di Intisari, Horison, Kompas, Tempo, Detak, Editor, Forum, Humor, DR, Media Indonesia, Republika, Suara Merdeka, Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Jawa Pos, Bali Pos, Duta masyarakat (Baru), Pelita, Panji Masyarakat, Ulumul Qur’an, Ummat, Amanah, Aula, Mayara. Pada majalah Cahaya Sufi (Jakarta), MataAir (Jakarta), MataAir (Yogyakarta), Almihrab (Semarang) Gus Mus duduk sebagai Penasehat.
Dan Inilah salah satu karya Gus Mus


KALAU KAU SIBUK KAPAN KAU SEMPAT

Kalau kau sibuk berteori saja

Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?


Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja

Kapan kau memanfaatkannya?


Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja

Kapan kau sempat menikmati hidup?

Kalau kau sibuk menikmati hidup saja

Kapan kau hidup?


Kalau kau sibuk dengan kursimu saja

Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?

Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja

Kapan kau menyadari joroknya?


Kalau kau sibuk membodohi orang saja

Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?

Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja

Kapan orang lain memanfaatkannya?


Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja

Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?

Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja

Kapan kau pintar?


Kalau kau sibuk mencela orang lain saja

Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?

Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja

Kapan kau menyadari celamu sendiri?


Kalau kau sibuk bertikai saja

Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian?

Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja

Kapan kau akan menyadari sia-sianya?


Kalau kau sibuk bermain cinta saja

Kapan kau sempat merenungi arti cinta?

Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja

Kapan kau bercinta?


Kalau kau sibuk berkhutbah saja

Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah?

Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja

Kapan kau akan mengamalkannya?


Kalau kau sibuk berdzikir saja

Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?

Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja

Kapan kau kan mengenalnya?


Kalau kau sibuk berbicara saja

Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?

Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja

Kapan kau mengerti arti bicara?


Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja

Kapan kau sempat berpuisi?

Kalau kau sibuk berpuisi saja

Kapan kau memuisi?


(Kalau kau sibuk dengan kulit saja

Kapan kau sempat menyentuh isinya?

Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja

Kapan kau sampai intinya?

Kalau kau sibuk dengan intinya saja

Kapan kau memakrifati nya-nya?

Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja

Kapan kau bersatu denganNya?)


“Kalau kau sibuk bertanya saja

Kapan kau mendengar jawaban!”

1987

Dan Masih banyak yang lainnya karya Beliau yang tertulis, baik puisi, cerpen, lukisan dan lainnya. Semoga kita bisa mengikuti jejaknya.

0 komentar:

Posting Komentar