Cinta Datang Dengan
Terbiasa
Hidup Ini Bukan Tentang
Memiliki Apa Yang Kau Cintai
Tetapi Tentang
Mencintai Apa Yang Kau Miliki
Setiap manusia pasti sangat mendambakan
kehidupan yang bersumber dari kesejukan cinta. Karena dengan cintalah semua
kegetiran, kesedihan dan kesengsaraan akan terasa lebih indah. Begitu banyak
orang yang mendefinisikan cinta padahal cinta adalah suatu hal yang tidak bisa
didefinisikan karena cinta hanya bisa dirasakan.
Lantas bagaimana dengan bahtera rumah tangga
yang di wujudkan tanpa ada jalinan cinta terlebih dahulu? Mereka dijodohkan
dengan jalan Ta’aruf tanpa saling mengenal terlebih dahulu. Melihat wajahpun
hanya sekali, itupun dengan perasaan yang bercampur. Lantas bagaimana mereka
akan bisa mencapai kebahagiaan yang diharapkan?
Para
ilmuwan, Ulama’ dan filosof telah bersepakat bahwa cinta itu datang dengan
berbagai macam cara. Namun dari kesekian cara itu yang menonjol adalah rasa
terbiasa dari dua insan yang berebeda.
Seorang
syair berkata:
“Tiada cinta kecuali karena
sering memandang, cinta akan terus tumbuh jika engkau terus memandag”.
Ya, cinta itu datang karena seseorang
pecinta sering memandang. Dia memandang tidak hanya satu kali, tetapi
berkali-kali dan terus menerus hingga dia merasakan semilir angin surgawi yang berhembus
ke hatinya. Tidak bisa dipungkiri, ada seseorang yang mendapatkan cinta saat
pandangan pertama, namun ini sangatlah langka dan sulit terjadi kecuali karena
orang yang dia lihat memiliki kelebihan dalam segi rupa.
Seseorang mencintai oranglain karena dia
mengetahui kelebihan yang terdapat dalam diri orang itu. Apabila dia
mengetahuinya hal itu dikarenakan selalu berkumpul dan bersama, maka disadari
atau tidak dia akan merasa cocok dan tertarik dan dari sinilah akan timbul
cinta.
Di dalam Al-Qur’an juga di singgung mengenai
hal ini Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ
اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً
ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ - ٢١
"Dan di antara
tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu
dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir." (Qs : Ar-Rum : 21)
Dalam ayat itu Allah menjelaskan bahwa Allah
menciptakan pasangan bagi manusia dari jenis mereka sendiri. Setelah itu Allah menciptakan
perasaan “ميل” (maylun) yakni cenderung dan tentram karena dengan adanya perjodohan
manusia akan merasakan ketenangan, baik dari berbagai gangguan. Setelah hal
itu, Allah menganugrahkan rasa kasih, baru rasa sayang.
Imam Suyuthi dalam kitab Tafsir
Jalalainnya berkata bahwa yang dimaksud “مودة” (mawaddah) adalah
rasa cinta.
Jadi,
Allah tidak lantas menganugrahkan rasa cinta seketika, tapi mendahulukannya
dengan rasa tentram dan terus bersama terlebih dahulu. Ada sebuah keterangan
menarik yang disampaikan oleh Ust. Rumaizijat dalam bukunya yang berjudul
coretan bermakna Rasulullah SAW bersabda:
“Tiada henti-hentinya hambaku mendekatiku dengan melalukan
kesunnahan hingga aku mencintainya”.
Dari
hadits diatas kita dapat mengambil hikmah bahwa seseorang yang tidak dicintai
oleh Allah, jika dia selalu terus
menerus “bertemu” dengan_nya
dengan banyak melakukan kesunahan, maka lama kelamaan Allah akan mencintainya
juga. Hal ini dikarenakan pada “saat ini”
Allah telah mengetahui bahwa ternyata hambanya adalah orang yang baik. Selain
itu, diapun nantinya juga dapat mencintai Allah, karena dengan memperbanyak
kesunahan, niscaya frekwensi pertemuan dengan Allah akan semakin intens,
sehingga nantinya dia juga dapat mengerti dan memahami keindahan Allah sehingga
dia akan mencintain_nya. Rasa cinta ini akan dapat kita ketahui dengan
sesungghnya orang yang terbiasa melakukan kesunahan jika suatu saat tidak
melakukannya, hatinya gundah.
Cinta
adalah anugrah yang Allah berikan kepada setiap insan tetapi seperti hal yang
menjadi sunatullah yang lain, dia mempunyai sebuah benang merah dan benang
merah itu adalah sebuah kebiasaan.
Refrensi:
Seribu Hikmah Dalam Cinta