Membicarakan cinta tak akan ada habisnya. Cinta selalu menarik perhatian orang dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga lanjut usia, baik laki-laki maupun perempuan, begitupun dengan kamu yang sedang membaca coretan tak bermakna ini. Cinta bagimu mungkin adalah sesuatu yang rumit, meski tak juga dapat dianggap sebagai sesuatu yang sulit. Cinta bisa jadi sesuatu yang sangat sederhana, meski seringkali dia hadir dalam bentuk rasa yang tak biasa. Bagaimana pun kamu memandang cinta, tak dapat di sangkal lagi bahwa hidup adalah serangkaian perjalanan tentang mencintai dan dicintai.
Cinta itu agak membingungkan, kayak rumus fisika yang di aplikasikan kedalam soal. Sudah dicari-cari, dihitung-hitung sesuai petunjuk di buku, tapi nggak ketemu-ketemu juga.
Cinta itu bukan pelajaran sejarah yang harus dihapal urutan peristiwa,
tempat, dan tokohnya, tetapi cinta itu kayak pelajaran biologi yang harus
dipahami proses dan bagian-bagiannya. Belum cocok juga? Hmm, mungkin cinta akan
lebih tepat di gambarkan dengan pelajaran kimia, seperti dua unsur berbeda
sifat dan berbeda muatan yang dapat saling tarik-menarik dan membentuk senyawa
dengan sifat yang baru?
Bicara cinta adalah bicara tentang perjalanan, maka kita bahas dari
awal kehidupan kita, pertama, kita terlahir ke dunia, kita sudah diperkenalkan
dengan cinta, yaitu cinta dan kasih sayang dari kedua oarangtua dan keluarga
kita. Mereka tersenyum menyambut kelahiran kita seraya berucap syukur
(Alhamdulillah). Mereka pun telah mempersiapkan nama terbaik untuk kita. Dan
sejak saat itulah, kita mulai belajar dari apapun yang ada di sekeliling kita,
termasuk tentang cinta.
Menurut Nuruddin Abdurrahman Jami “Jika engkau hendak bebas,
jadilah tawanan cinta, Apabila engkau menginginkan kegembiraan bukalah hatimu
bagi penderitaan cinta. tanpa cinta yang ada hanya kesusahan dan keakuan yang
dingin.” satu-satunya relasi dengan manusia yang membebaskan dan tidak terikat
adalah dengan cinta. relasi yang bukan cinta, kebanyakan tidak membebaskan tapi
mengikat, ada kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi demi relasi itu.
tetapi kalau relasinya cinta, tidak demikian. ketika seorang ibu membesarkan
buah hatinya, relasi antara ibu dan anak tersebut adalah cinta. Meskipun ibu
tersebut capek luar biasa, dia kehilangan banyak hal tapi dia bahagia, senang
luarbiasa kenapa? karena cinta pada buah hatinya, dan tidak merasa terikat sama
sekali. Jadi orang yang hidupnya tanpa cinta, isinya hanya kewajiban-kewajiban.
isinya hanya ego kepentingan diri sendiri dan nafsu (hidup yang dingin tidak
berwarna).
Mungkin pada masa anak-anak, cinta diibaratkan seperti permen atau
coklat yang manis rasanya. Cinta dikenal sebagai kasih sayang, perlakuan baik,
dan perasaan senang yang di dapat dari oarang-oarang di sekeliling kita. Cinta
juga dapat di artikan sebagai perlindungan dari oarang dewasa di sekelilingnya
sehingga terciptalah rasa aman dalam diri mereka.
Perlahan tapi pasti, anak-anak mulai tumbuh menjadi remaja yang
akrab dengan masa pencarian jati diri. Pada masa ini, cinta mulai diartikan
sebagai rasa ketertarikan kepada lawanjenis, dan adanya keinginan untuk selalu
bersama dengannya, bahkan memilikinya sebagai seorang kekasih. Pada masa ini,
cinta mungkin sudah mengenal istilah bertepuk sebelah tangan para pecinta
akhirnya mulai menyadari bahwa cinta tidak selalu manis. Cinta mampu
menghadirkan banyak rasa... suatu waktu manis, di lain waktu pahit.
Cinta kadang memberi kejutan seperti mengecap rasa asam pada jeruk
yang dingin, kadang dia hadirkan keceriaan seperti renyahnya kripik kentang,
namun dia juga dapat menjadikan suasana hambar seperti sayur tanpa garam.
Ibaratnya, cinta itu seperti permen Nano-Nano yang ramai rasanya.
Setelah masa remaja, persoalan tentang cinta menjadi lebih kompleks
dari sebelumnya cinta di usia dewasa. Cinta bukan lagi seputar libur dan
belajar bersama, cinta bukan sekedar “Aku Suka Kamu” dan “Kamu Suka Aku” tetapi
cinta mulai memperhatikan segala aspek kehidupan antara dua orang yang menjalin
hubungan cinta, serta memilih kualitas seseorang secara utuh, baik fisik,
pendidikan, pekerjaan, harta, keturunan, atau pun agama. Cinta pada masa ini
biasanya ditunjukan untuk sebuah ikatan yang suci, yaitu pernikahan.
Cinta pada masa ini tetaplah warna-warni seperti pelangi. Kamu
mungkin baru menyadari cintamu setelah sekian lama hadir dari perasaan bahagia
yang tiba-tiba dan meletup-letup saat bertemu dengannya. Atau mungkin, cinta
itu justru terbaca ketika rindumu kepadanya terurai menjadi air mata.
Untuk kamu yang dilanda virus merah jambu, nggak perlu binggung,
bimbang, sedih, atau pun heboh dalam menghadapinya. Anggaplah hal ini sebagai
bagian dari rasa yang Allah anugerahkan kepadamu. Bukan untuk dihindari tetapi
untuk dihadapi dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Hadapi cinta dengan tenang,
elegan dan rendah hati, sebab cinta tidak seperti Nobita yang cengeng, atau
Suneo yang merasa lebih kaya, atau Giant yang merasa lebih kuat, tetapi cinta
itu semestinya seperti Doraemon yang penuh keajaiban.
Begitupun dengan kamu yang sedang patah hati, baru diputusin pacar,
atau ditinggal nikah gebetan, kamu nggak perlu menangisi kepergiannya. Karena
terkadang, cinta itu memang tidak semanis madu. Namun, yakinlah bahwa cinta
juga tak sepahit empedu.